PERAN IBU DALAM PEMBENTUKAN POLA
KONSUMSI MAKAN PADA BALITA
Masalah gizi berawal dari ketidakmampuan rumah tangga
mengakses pangan, baik karena masalah ketersediaan di tingkat lokal,
kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan akan pangan dan gizi, serta perilaku
masyarakat (Bappenas, 2007). Kebiasaan makan dapat terbentuk sejak usia balita
yang merupakan masa penting dalam kehidupan seseorang karena pada masa inilah ditanamkan
sikap, kebiasaan dan pola tingkah laku yang memegang peranan menentukan dalam perkembangan
individu selanjutnya. Dalam masyarakat Indonesia, wanita dianggap sebagai pihak
yang paling bertanggung jawab terhadap tugas domestik yang mencakup tugas
pengasuhan, kesehatan dan pertumbuhan anak. Dari studi yang pernah dilakukan
diketahui posisi wanita dalam keluarga turut menentukan keadaan kesehatan dan
tumbuh kembang anak.
Balita
yang merupakan kelompok individu yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan
dan gizi
karena status imunitas, diet dan psikologi anak belum matang atau masih dalam
taraf perkembangan
dan kelangsungan serta kualitas hidup. Dari studi yang pernah dilakukan diketahui posisi wanita
dalam keluarga turut menentukan keadaan kesehatan dan tumbuh kembang anak karena ini
bersangkutan dengan alokasi dana dan waktu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
peran ibu dalam Pembentukan Pola Konsumsi Makan Pada Perilaku ibu dalam pemberian
makanan sangat berperan dalam membentuk pola konsumsi pangan dalam keluarga.
Pola konsumsi pangan ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga,
seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, besar keluarga,
pengetahuan pangan dan gizi, proses penyiapan dan penyajian pangan,
keterpaparan informasi, harga pangan, selera (http://bkp.deptan.go.id). Hasil
penelitian Rahardjo dkk (2007) menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh ibu
dengan status gizi.
Pada penelitian ini
ditemukan sebagian besar ibu termasuk pada kelompok reproduksi
sehat 20 – 25 tahuan sedangkan yang berisiko adalah ibu dengan umur
dibawah 20 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan
kematangan seseorang artinya dalam hal pembentukan pola konsumsi makan, ibu
yang lebih berumur dalam hal pemberian makanan lebih baik dari pada ibu yang
berumur dibawahnya. Selain itu dimungkinkan karena setiap ibu mempunyai
kesempatan yang sama dalam memperoleh informasi mengenai praktik pemberian makan
dan akses informasi yang lebih terbuka sehingga umur tidak berpengaruh terhadap
pembentukan pola konsumsi makan balita
Pendidikan ibu hampir
semuanya berpendidikan dasar. Hal ini sejalan dengan hasil
Riskesdas 2007 bahwa prevalensi status gizi berdasarkan tingkat
pendidikan orang tua,
memperlihatkan semakin rendah tingkat pendidikan maka prevalensi status
gizi buruk dan gizi kurang semakin besar. Tingkat pendidikan menentukan mudah
tidaknya ibu menyerap informasi yang diterima namun tidak berpengaruh pada
pembentukan pola konsumsi makan balita. Hal inidimungkinkan selain faktor pendidikan
terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh pada pembentukan pola konsumsi
makan.
Read All Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar