Go to

Loading

Senin, 06 Januari 2014

PERAN IBU DALAM PEMBENTUKAN POLA KONSUMSI MAKAN PADA BALITA


            Masalah gizi berawal dari ketidakmampuan rumah tangga mengakses pangan, baik karena masalah ketersediaan di tingkat lokal, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan akan pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat (Bappenas, 2007). Kebiasaan makan dapat terbentuk sejak usia balita yang merupakan masa penting dalam kehidupan seseorang karena pada masa inilah ditanamkan sikap, kebiasaan dan pola tingkah laku yang memegang peranan menentukan dalam perkembangan individu selanjutnya. Dalam masyarakat Indonesia, wanita dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap tugas domestik yang mencakup tugas pengasuhan, kesehatan dan pertumbuhan anak. Dari studi yang pernah dilakukan diketahui posisi wanita dalam keluarga turut menentukan keadaan kesehatan dan tumbuh kembang anak.
            Balita yang merupakan kelompok individu yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi karena status imunitas, diet dan psikologi anak belum matang atau masih dalam taraf perkembangan dan kelangsungan serta kualitas hidup. Dari studi yang pernah dilakukan diketahui posisi wanita dalam keluarga turut menentukan keadaan kesehatan dan tumbuh kembang anak karena ini bersangkutan dengan alokasi dana dan waktu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran ibu dalam Pembentukan Pola Konsumsi Makan Pada     Perilaku ibu dalam pemberian makanan sangat berperan dalam membentuk pola konsumsi pangan dalam keluarga. Pola konsumsi pangan ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga, seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, besar keluarga, pengetahuan pangan dan gizi, proses penyiapan dan penyajian pangan, keterpaparan informasi, harga pangan, selera (http://bkp.deptan.go.id). Hasil penelitian Rahardjo dkk (2007) menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi.
            Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar ibu termasuk pada kelompok reproduksi
sehat 20 – 25 tahuan sedangkan yang berisiko adalah ibu dengan umur dibawah 20 tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang artinya dalam hal pembentukan pola konsumsi makan, ibu yang lebih berumur dalam hal pemberian makanan lebih baik dari pada ibu yang berumur dibawahnya. Selain itu dimungkinkan karena setiap ibu mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh informasi mengenai praktik pemberian makan dan akses informasi yang lebih terbuka sehingga umur tidak berpengaruh terhadap pembentukan pola konsumsi makan balita
            Pendidikan ibu hampir semuanya berpendidikan dasar. Hal ini sejalan dengan hasil
Riskesdas 2007 bahwa prevalensi status gizi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua,

memperlihatkan semakin rendah tingkat pendidikan maka prevalensi status gizi buruk dan gizi kurang semakin besar. Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya ibu menyerap informasi yang diterima namun tidak berpengaruh pada pembentukan pola konsumsi makan balita. Hal inidimungkinkan selain faktor pendidikan terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh pada pembentukan pola konsumsi makan.  

Read All  Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar